Memahami Sejarah khalifah Utsman bin Affan
A.
Riwayat
Silsilah keturunan Utsman bin Affan
Utsman bin Affan memiliki nama lengkap Utsman ibn Affan ibn Abi
al-Ash ibn Umayyah ibn Abdi Syams ibn Abdi Manaf r.a. Nasabnya bertemu Nabi pada
kakek yang ke empat, yaitu Abdu Manaf. Dari sisi ibu, nasab keduanya bertemu
pada Urwa bint Kariz. Ibunda Urwa adalah Baydha bint Abdul Muththalib, bibi
Rasulullah. Utsman bin Affan lahir enam tahun setelah Tahun Gajah, tepatnya
pada 576 M. Usianya enam tahun lebih muda daripada Rasulullah SAW. Beliau
dilahirkan di Thaif, daerah yang paling subur di kawasan Hijaz. Beliau menjabat
menjadi khalifah selama 12 tahun (644 M - 656 M ).
Pada masa Jahiliah Beliau disebut dengan nama panggilan Abu Amr.
Setelah masa Islam, Beliau lebih sering dipanggil Abu Abdullah yang diambil
dari nama puteranya dari Ruqayyah bint Rasulullah. Ada juga yang bilang, di
masa Jahiliah sering dipanggil Abu Layla, karena kelembutan dan keramahannya
kepada sesame. Julukannya yang paling terkenal yaitu Dzunnurain—Sang Pemilik
Dua Cahaya. Itulah julukan yang paling disukainya. Julukan itu diberikan oleh
Rasulullah SAW , karena Utsman menikah dengan dua putri Nabi (Ruqayyah r.a dan
Ummu Kultsum r.a).
Ketika Allah
memerintahkan Rasulullah SAW untuk
berdakwah di jalan Allah, dan Abu Bakar sudah masuk Islam, beliau pun pergi
mendatangi Utsman mengajaknya masuk Islam. Khalifah Usman bin Affan pun
seketika itu langsung menerima ajakan untuk masuk Islam dan beliau mengucapkan
dua kalimat syahadat. Hal ini dikarenakan, agama ini mengajak kepada tauhid,
membasmi kesyirikan, didalamnya terdapat seruan untuk berakhlak yang mulia dan
berperangai yang baik. Utsman akhirnya beriman kepada agama yang lurus ini dan
beriman kepada Rasul-Nya SAW, karena beliau mengenal betul kejujuran, amanah,
dan kemuliaan Rasulullah SAW. Beliaupun menjadi orang-orang yang pertama masuk
Islam.
B.
Sifat-sifat Utsman bin Affan
Salah satu sifat dan keistimewaan Utsman yang paling
dikenal adalah kedermawanannya. Utsman termasuk sahabat yang paling berharta.
Sejak masa mudanya Beliau dikenal sebagai pedagang yang sukses dan hartanya
berlimpah. Kendati demikian, kekayaan tak pernah membuatnya menyimpang dari
agama Allah. Tetap saja yang menjadi perhatian utamanya adalah kepentinagn
Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana telah diungkapkan, ia pernah menanggung biaya
penyiapan pasukan (jays al-‘usrah), membeli sumur yang kemudian
dihadiahkan kepada umat Islam. Bagi bangsa Arab saat itu, memiliki sebuah sumur
atau mata air bagaikan memiliki sumber kekayaan yang tak pernah habis.
Sifat Utsman
lainnya yang dikenal luas sehingga menjadi ciri khasnya adalah sifat pemalu.
Perhatikanlah tuturan Anas ibn Malik ketika Ia mengutip ucapan Rasulullah:
“Umatku yang paling pengasih adalah Abu Bakar; yang paling keras membela agama
Allah adalah Umar; yang paling pemalu adalah Utsman; yang paling mengetahui
tentang halal haram adalah Muaz ibn Jabal; yang paling menguasai Kitabullah
adalah Ubay; dan yang paling memahami faraid adalah Zaid bin Tsabit.”
Harta yang
melimpah dan kekuasaannya yang besar tak sedikitpun membuatnya sombong dan
angkuh. Utsman bin Affan senantiasa menjaga kemuliaan akhlaknya sehingga ia
tetap tampil sebagai pribadi bersahaja. Dihadapan manusia Beliau bersikap
sebagai sosok yang lembut dan dihadapan Allah menjadi hamba yang sangat takut,
khawatir, dan bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya. Bahkan disaat yang
paling genting dalam hidupnya, yakni ketika para pemberontak mengepung dan
menyiksa dirinya, Utsman bin Affan tetap mendahulukan kesabaran dan kelembutan.
C.
Pengangkatan Utsman bin Affan menjadi Khalifah
dan Prestasi selama menjadi Khalifah
Sebelum wafat,
Khalifah Umar bin Khattab memerintahkan dibentuknya majlis syura (dewan
permusyawaratan) yang beranggotakan enam orang. Mereka ialah Ali bin Abi
Thalib, Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin
Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Tugas tim ini adalah menentukan orang yang
layak menjabat khalifah jika dirinya telah tiada.
Setelah Umar
bin Khattab wafat, terjadilah perdebatan yang cukup alot dan akhirnya penentuan
khalifah dilakukan melalui voting suara kaum muslimin terbagi dua untuk Ali bin
Abi Thalib dan Utsman bin Affan. Anggota dewan yang lain memilih Utsman bin
Affan. Maka dibai’atlah Utsman bin Affan oleh Abdurrahman bin Auf menjadi
khalifah pengganti Umar bin Khattab 3 hari setelah wafatnya Umar bin Khattab.
Adapula prestasi-prestasi Khalifah Utsman bin Affan selama menjadi khalifah :
1.
Menuntaskan
Penaklukan di Syam
Khalifah Utsman
bin Affan mengangkat Mu’awiyah bin Abi Sufyan menjadi gubernur di Syam. Kepada
Mu’awiyah sampailah informasi bahwa pasukan Romawi kembali menduduki Syam
bagian Utara. Atas permintaannya, Khalifah Utsman bin Affan mengirim 80.000
prajurit ke Syam di bawah komando Salman bin Rabi’ah . setelah tiba di Syam,
pasukan muslim dapat menghadang laju pasukan Romawi dan dapat mengalahkannya
dengan telak dan mendesak mereka hingga Thabaristan.
2.
Membangun
Armada Laut
Pembangunan
angkatan laut bermula dari adanya rencana khalifah usman bin affan untuk
mengirim pasukan ke Afrika, Mesir, Cyprus. Untuk sampai ke daerah tersebut
harus melalui lautan. Pada saat itu, Mu’awiyah, gubernur di Syiria harus
menghadapi serangan angkatan laut Romawi di daerah pesisir provinsinya. Untuk
itu, ia mengajukan permohonan kepada khalifah Utsman untuk membangun angkatan
laut dan di kabulkan oleh khalifah. Itulah pembangunan armada yang pertama
dalam sejarah Dunia Islam.
3.
Mempertahankan
dan memperluas daerah penaklukan Islam
Pada zaman
Khalifah Umar bin Khattab, kekuasaan Romawi dan Persia di seluruh Mesir dan
Syam dapat dikalahkan oleh tentara Islam. Bahkan tentara Islam sudah menaklukan
Tripoli dan Barqah. Namun dengan wafatnya Umar bin Khattab, sisa-sisa kekuasaan
Romawi dan Persia mencoba mengambil kembali daerah yang telah ditaklukan oleh
pemerintah Islam. Khalifah Utsman bin Affan dapat mempertahankan dan memukul
mundur seluruh kekuatan musuh dari daerah yang telah dikuasainya oleh kekuatan
Islam. Daerah kekuasaan Islam meluas hingga meliputi Nubah (Sudan), Kabul, Armenia
dan beberapa bagian Thabaristan bahkan telah melampui sungai Jihun ( Amu Daria
), negeri Balkh ( Baktaria ) Hara, Kabul, Gaznah di Turkistan.
4.
Menyempurnakan
Kodifikasi Al Qur’an dan Menyatukan Perbedaan Dalam Pelafalan Bacaan Al Qur’an
Mushaf yang
telah dikodifikasi di zaman Abu Bakar Ash-Shidiq kemudian berpindah ke tangan
Utsman bin Affan. Beliau membentuk tim yang terdiri dari Zaid bin Tsabit
sebagai ketua, Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Ash dan Abdurrahman bin Haris
yang diberi tugas untuk menyalin naskah yang asli dengan dialek Quraisy dan
menyeragamkan susunan surah-surah sebagaimana yang ada sampai sekarang
Setelah
selesai, naskah yang asli dikembalikan ke Hafsah dan salinannya dikirim ke
beberapa wilayah yang telah dikuasai. Naskah-naskah sebelumnya ada perbedaan
dalam membacanya, Khalifah Utsman memerintahkan agar dibakar sehingga pelafalan
bacaan Al Qur’an menjadi seragam. Maka mushaf tersebut dinamakan “Mushaf
Utsmani” sebagai penghargaan atas jasa beliau.
D.
Fitnah Terhadap
Ustman Bin Affan
Tokoh utama yang mengakibatkan timbulnya fitnah terhadap Utsman bin
Affan adalah Abdullah bin Saba. Abdullah bin Saba adalah orang Yahudi yang
berpura-berpura memeluk agama Islam. Abdullah bin Saba dan pengikutnya
bermaksud untuk menghancurkan Islam. Oleh karena itu, mereka menyebarkan fitnah
keji terhadap Utsman. Melalui fitnah-fitnah itu, Abdullah berhasil mengajak
orang-orang muslim untuk melakukan tindakan makar (tindakan busuk/menjatuhkan)
pemerintahan Utsman bin Affan.
Utsman dituduh lebih mengutamakan keluarganya karena ia mengganti
sahabat-sahabat dengan saudara-saudaranya yang jelas-jelas kualitasnya lebih
rendah. Sebenarnya, pengangkatan saudara-saudaranya itu dilakukan karena
pertimbangan keahlian dan pengabdian mereka, bukan karena hubungan saudara.
Selain itu, terdapat fakta-fakta yang dapat digunakan sebagai bantahan.
Misalnya, Rasulullah SAW pernah mengangkat Usamah bin Zaid, padahal ketika itu
ada Abu Bakar dan Umar bin Khattab yang lebih senior. Bahkan sejak dahulu,
Rasulullah mengangkat Bani Umayyah sebagai pejabat-pejabat penting dalam
pemerintahan. Ali bin Abu Thalib juga mengangkat Abbas dan anaknya sendiri
sebagai Gubernur di suatu wilayah. Utsman berkata, “Aku tidak mengangkat
seorang pun, kecuali Rasulullah pernah mengangkatnya”.
Utsman juga difitnah telah banyak memberi harta kepada kerabatnya.
Sebenarnya, Utsman sedang melaksanakan perintah Allah dalam Surat Al-Isra ayat
26, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”. Terhadap fitnah tersebut,
Ustman berkata, “Sesungguhnya kedua pendahuluku (Abu Bakar dan Umar bin
Khattab) telah bersikap keras kepada dirinya dan keluarganya, padahal Rasulullah
SAW selalu memberikan sedekah yang banyak terhadap keluarga dekatnya.
Aku berada di tengah-tengah keluarga yang serba kekurangan. Oleh karena itu,
mereka adalah tanggung jawabku”. Akibat fitnah-fitnah itu, orang-orang
mengepung rumah Utsman. Mereka menuntut agar gubernur-gubernur diganti. Utsman
hanya mengganti gubernur Mesir. Sesuai dengan permintaan mereka, gubernur
Mesir, Abdullah bin Sa’ad diganti oleh Muhammad bin Abu Bakar.
Setelah itu, mereka kembali ke wilayah tempat tinggal
masing-masing. Namun, orang-orang munafik itu tidak tinggal diam. Di tengah
perjalanan pulang, mereka bertemu dengan seseorang yang membawa surat dari
Utsman bin Affan. Isi surat itu adalah perintah Utsman bin Affan kepada
Abdullah bin Sa’ad untuk membunuh Muhammad bin Abu Bakar. Orang-orang itu
menjadi murka dan kembali ke rumah Utsman di Madinah. Beberapa di antara mereka
menghadap Utsman bin Affan. Ketika diperlihatkan surat itu, Utsman bersumpah
demi Allah bahwa dirinya tidak menulis surat itu. Setelah diperiksa, penulis
surat itu adalah Marwan bin Hakam. Kali ini, mereka menuntut dua hal.
Pertama, Utsman harus menghukum Marwan bin Hakam dengan hukuman
qishas, yaitu hukuman mati bagi orang yang telah membunuh orang lain.
Kedua, Utsman harus meletakkan jabatannya sebagai Khalifah.
Tuntutan pertama ditolak oleh Utsman dengan alasan Marwan baru merencanakan
membunuh dan belum melaksanakan rencana itu. Tuntutan kedua juga ditolak oleh
Utsman. Ia menolaknya sesuai dengan pesan Rasulullah, “Bahsawanya engkau
Utsman akan mengenakan baju kebesaran (kekuasaan). Apabila engkau telah
mengenakan baju itu, janganlah engkau lepaskan”. Penolakan tuntutan itu
membuat orang-orang melanjutkan pengepungan terhadap Utsman bin Affan hingga
empat puluh hari. Ketika itu, Utsman dijaga oleh sahabat-sahabatnya, seperti
Ali bin Abu Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin Thalhah, Hasan dan Husein.
Dalam keadaan terkepung, Utsman yang lembut tetap bersabar. Suatu
ketika, beberapa pengepungan berhasil masuk ke rumah Utsman. Mereka membunuh Ustman
yang sedang membaca Al-Quran. Akhirnya, Utsman wafat secara syahid bertepatan
pada hari Jum’at 18 Dzulhijjah 35 M.