Kamis, 13 Oktober 2016

Memahami Sejarah khalifah Utsman bin Affan



Memahami Sejarah khalifah Utsman bin Affan
A.     Riwayat Silsilah keturunan Utsman bin Affan
Utsman bin Affan memiliki nama lengkap Utsman ibn Affan ibn Abi al-Ash ibn Umayyah ibn Abdi Syams ibn Abdi Manaf r.a. Nasabnya bertemu Nabi pada kakek yang ke empat, yaitu Abdu Manaf. Dari sisi ibu, nasab keduanya bertemu pada Urwa bint Kariz. Ibunda Urwa adalah Baydha bint Abdul Muththalib, bibi Rasulullah. Utsman bin Affan lahir enam tahun setelah Tahun Gajah, tepatnya pada 576 M. Usianya enam tahun lebih muda daripada Rasulullah SAW. Beliau dilahirkan di Thaif, daerah yang paling subur di kawasan Hijaz. Beliau menjabat menjadi khalifah selama 12 tahun (644 M - 656 M ).
Pada masa Jahiliah Beliau disebut dengan nama panggilan Abu Amr. Setelah masa Islam, Beliau lebih sering dipanggil Abu Abdullah yang diambil dari nama puteranya dari Ruqayyah bint Rasulullah. Ada juga yang bilang, di masa Jahiliah sering dipanggil Abu Layla, karena kelembutan dan keramahannya kepada sesame. Julukannya yang paling terkenal yaitu Dzunnurain—Sang Pemilik Dua Cahaya. Itulah julukan yang paling disukainya. Julukan itu diberikan oleh Rasulullah SAW , karena Utsman menikah dengan dua putri Nabi (Ruqayyah r.a dan Ummu Kultsum r.a).
Ketika Allah memerintahkan Rasulullah  SAW untuk berdakwah di jalan Allah, dan Abu Bakar sudah masuk Islam, beliau pun pergi mendatangi Utsman  mengajaknya masuk Islam. Khalifah Usman bin Affan pun seketika itu langsung menerima ajakan untuk masuk Islam dan beliau mengucapkan dua kalimat syahadat. Hal ini dikarenakan, agama ini mengajak kepada tauhid, membasmi kesyirikan, didalamnya terdapat seruan untuk berakhlak yang mulia dan berperangai yang baik. Utsman akhirnya beriman kepada agama yang lurus ini dan beriman kepada Rasul-Nya SAW, karena beliau mengenal betul kejujuran, amanah, dan kemuliaan Rasulullah SAW. Beliaupun menjadi orang-orang yang pertama masuk Islam.
B.     Sifat-sifat Utsman bin Affan
Salah satu  sifat dan keistimewaan Utsman yang paling dikenal adalah kedermawanannya. Utsman termasuk sahabat yang paling berharta. Sejak masa mudanya Beliau dikenal sebagai pedagang yang sukses dan hartanya berlimpah. Kendati demikian, kekayaan tak pernah membuatnya menyimpang dari agama Allah. Tetap saja yang menjadi perhatian utamanya adalah kepentinagn Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana telah diungkapkan, ia pernah menanggung biaya penyiapan pasukan (jays al-‘usrah), membeli sumur yang kemudian dihadiahkan kepada umat Islam. Bagi bangsa Arab saat itu, memiliki sebuah sumur atau mata air bagaikan memiliki sumber kekayaan yang tak pernah habis.
Sifat Utsman lainnya yang dikenal luas sehingga menjadi ciri khasnya adalah sifat pemalu. Perhatikanlah tuturan Anas ibn Malik ketika Ia mengutip ucapan Rasulullah: “Umatku yang paling pengasih adalah Abu Bakar; yang paling keras membela agama Allah adalah Umar; yang paling pemalu adalah Utsman; yang paling mengetahui tentang halal haram adalah Muaz ibn Jabal; yang paling menguasai Kitabullah adalah Ubay; dan yang paling memahami faraid adalah Zaid bin Tsabit.”
Harta yang melimpah dan kekuasaannya yang besar tak sedikitpun membuatnya sombong dan angkuh. Utsman bin Affan senantiasa menjaga kemuliaan akhlaknya sehingga ia tetap tampil sebagai pribadi bersahaja. Dihadapan manusia Beliau bersikap sebagai sosok yang lembut dan dihadapan Allah menjadi hamba yang sangat takut, khawatir, dan bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya. Bahkan disaat yang paling genting dalam hidupnya, yakni ketika para pemberontak mengepung dan menyiksa dirinya, Utsman bin Affan tetap mendahulukan kesabaran dan kelembutan.
C.     Pengangkatan Utsman bin Affan menjadi Khalifah dan Prestasi selama menjadi Khalifah
Sebelum wafat, Khalifah Umar bin Khattab memerintahkan dibentuknya majlis syura (dewan permusyawaratan) yang beranggotakan enam orang. Mereka ialah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Tugas tim ini adalah menentukan orang yang layak menjabat khalifah jika dirinya telah tiada.
Setelah Umar bin Khattab wafat, terjadilah perdebatan yang cukup alot dan akhirnya penentuan khalifah dilakukan melalui voting suara kaum muslimin terbagi dua untuk Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan. Anggota dewan yang lain memilih Utsman bin Affan. Maka dibai’atlah Utsman bin Affan oleh Abdurrahman bin Auf menjadi khalifah pengganti Umar bin Khattab 3 hari setelah wafatnya Umar bin Khattab. Adapula prestasi-prestasi Khalifah Utsman bin Affan selama menjadi khalifah :
1.      Menuntaskan Penaklukan di Syam
Khalifah Utsman bin Affan mengangkat Mu’awiyah bin Abi Sufyan menjadi gubernur di Syam. Kepada Mu’awiyah sampailah informasi bahwa pasukan Romawi kembali menduduki Syam bagian Utara. Atas permintaannya, Khalifah Utsman bin Affan mengirim 80.000 prajurit ke Syam di bawah komando Salman bin Rabi’ah . setelah tiba di Syam, pasukan muslim dapat menghadang laju pasukan Romawi dan dapat mengalahkannya dengan telak dan mendesak mereka hingga Thabaristan.
2.      Membangun Armada Laut
Pembangunan angkatan laut bermula dari adanya rencana khalifah usman bin affan untuk mengirim pasukan ke Afrika, Mesir, Cyprus. Untuk sampai ke daerah tersebut harus melalui lautan. Pada saat itu, Mu’awiyah, gubernur di Syiria harus menghadapi serangan angkatan laut Romawi di daerah pesisir provinsinya. Untuk itu, ia mengajukan permohonan kepada khalifah Utsman untuk membangun angkatan laut dan di kabulkan oleh khalifah. Itulah pembangunan armada yang pertama dalam sejarah Dunia Islam.
3.      Mempertahankan dan memperluas daerah penaklukan Islam
Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, kekuasaan Romawi dan Persia di seluruh Mesir dan Syam dapat dikalahkan oleh tentara Islam. Bahkan tentara Islam sudah menaklukan Tripoli dan Barqah. Namun dengan wafatnya Umar bin Khattab, sisa-sisa kekuasaan Romawi dan Persia mencoba mengambil kembali daerah yang telah ditaklukan oleh pemerintah Islam. Khalifah Utsman bin Affan dapat mempertahankan dan memukul mundur seluruh kekuatan musuh dari daerah yang telah dikuasainya oleh kekuatan Islam. Daerah kekuasaan Islam meluas hingga meliputi Nubah (Sudan), Kabul, Armenia dan beberapa bagian Thabaristan bahkan telah melampui sungai Jihun ( Amu Daria ), negeri Balkh ( Baktaria ) Hara, Kabul, Gaznah di Turkistan.
4.      Menyempurnakan Kodifikasi Al Qur’an dan Menyatukan Perbedaan Dalam Pelafalan Bacaan Al Qur’an
Mushaf yang telah dikodifikasi di zaman Abu Bakar Ash-Shidiq kemudian berpindah ke tangan Utsman bin Affan. Beliau membentuk tim yang terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai ketua, Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Ash dan Abdurrahman bin Haris yang diberi tugas untuk menyalin naskah yang asli dengan dialek Quraisy dan menyeragamkan susunan surah-surah sebagaimana yang ada sampai sekarang
Setelah selesai, naskah yang asli dikembalikan ke Hafsah dan salinannya dikirim ke beberapa wilayah yang telah dikuasai. Naskah-naskah sebelumnya ada perbedaan dalam membacanya, Khalifah Utsman memerintahkan agar dibakar sehingga pelafalan bacaan Al Qur’an menjadi seragam. Maka mushaf tersebut dinamakan “Mushaf Utsmani” sebagai penghargaan atas jasa beliau.
D.     Fitnah Terhadap Ustman Bin Affan
Tokoh utama yang mengakibatkan timbulnya fitnah terhadap Utsman bin Affan adalah Abdullah bin Saba. Abdullah bin Saba adalah orang Yahudi yang berpura-berpura memeluk agama Islam. Abdullah bin Saba dan pengikutnya bermaksud untuk menghancurkan Islam. Oleh karena itu, mereka menyebarkan fitnah keji terhadap Utsman. Melalui fitnah-fitnah itu, Abdullah berhasil mengajak orang-orang muslim untuk melakukan tindakan makar (tindakan busuk/menjatuhkan) pemerintahan Utsman bin Affan.
Utsman dituduh lebih mengutamakan keluarganya karena ia mengganti sahabat-sahabat dengan saudara-saudaranya yang jelas-jelas kualitasnya lebih rendah. Sebenarnya, pengangkatan saudara-saudaranya itu dilakukan karena pertimbangan keahlian dan pengabdian mereka, bukan karena hubungan saudara. Selain itu, terdapat fakta-fakta yang dapat digunakan sebagai bantahan. Misalnya, Rasulullah SAW pernah mengangkat Usamah bin Zaid, padahal ketika itu ada Abu Bakar dan Umar bin Khattab yang lebih senior. Bahkan sejak dahulu, Rasulullah mengangkat Bani Umayyah sebagai pejabat-pejabat penting dalam pemerintahan. Ali bin Abu Thalib juga mengangkat Abbas dan anaknya sendiri sebagai Gubernur di suatu wilayah. Utsman berkata, “Aku tidak mengangkat seorang pun, kecuali Rasulullah pernah mengangkatnya”.
Utsman juga difitnah telah banyak memberi harta kepada kerabatnya. Sebenarnya, Utsman sedang melaksanakan perintah Allah dalam Surat Al-Isra ayat 26, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”. Terhadap fitnah tersebut, Ustman berkata, “Sesungguhnya kedua pendahuluku (Abu Bakar dan Umar bin Khattab) telah bersikap keras kepada dirinya dan keluarganya, padahal Rasulullah SAW selalu memberikan sedekah yang banyak terhadap keluarga dekatnya. Aku berada di tengah-tengah keluarga yang serba kekurangan. Oleh karena itu, mereka adalah tanggung jawabku”. Akibat fitnah-fitnah itu, orang-orang mengepung rumah Utsman. Mereka menuntut agar gubernur-gubernur diganti. Utsman hanya mengganti gubernur Mesir. Sesuai dengan permintaan mereka, gubernur Mesir, Abdullah bin Sa’ad diganti oleh Muhammad bin Abu Bakar.
Setelah itu, mereka kembali ke wilayah tempat tinggal masing-masing. Namun, orang-orang munafik itu tidak tinggal diam. Di tengah perjalanan pulang, mereka bertemu dengan seseorang yang membawa surat dari Utsman bin Affan. Isi surat itu adalah perintah Utsman bin Affan kepada Abdullah bin Sa’ad untuk membunuh Muhammad bin Abu Bakar. Orang-orang itu menjadi murka dan kembali ke rumah Utsman di Madinah. Beberapa di antara mereka menghadap Utsman bin Affan. Ketika diperlihatkan surat itu, Utsman bersumpah demi Allah bahwa dirinya tidak menulis surat itu. Setelah diperiksa, penulis surat itu adalah Marwan bin Hakam. Kali ini, mereka menuntut dua hal.
Pertama, Utsman harus menghukum Marwan bin Hakam dengan hukuman qishas, yaitu hukuman mati bagi orang yang telah membunuh orang lain.
Kedua, Utsman harus meletakkan jabatannya sebagai Khalifah. Tuntutan pertama ditolak oleh Utsman dengan alasan Marwan baru merencanakan membunuh dan belum melaksanakan rencana itu. Tuntutan kedua juga ditolak oleh Utsman. Ia menolaknya sesuai dengan pesan Rasulullah, “Bahsawanya engkau Utsman akan mengenakan baju kebesaran (kekuasaan). Apabila engkau telah mengenakan baju itu, janganlah engkau lepaskan”. Penolakan tuntutan itu membuat orang-orang melanjutkan pengepungan terhadap Utsman bin Affan hingga empat puluh hari. Ketika itu, Utsman dijaga oleh sahabat-sahabatnya, seperti Ali bin Abu Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin Thalhah, Hasan dan Husein.
Dalam keadaan terkepung, Utsman yang lembut tetap bersabar. Suatu ketika, beberapa pengepungan berhasil masuk ke rumah Utsman. Mereka membunuh Ustman yang sedang membaca Al-Quran. Akhirnya, Utsman wafat secara syahid bertepatan pada hari Jum’at 18 Dzulhijjah 35 M.